Saya ingin mengajak Anda untuk meneliti beberapa butir pikiran berikut ini:
1. Bahwa kita tidak pernah cukup hidup dengan dan untuk diri kita sendiri.
2. Bahwa kita tidak mungkin bisa berhasil tanpa menyebabkan keberhasilan atau kesempatan bagi keberhasilan orang lain.
3. Bahwa semua pekerjaan adalah pelayanan bagi keuntungan orang lain.
4. Bahwa tidak ada kekuatan yang bisa ada dan berperan bagi perubahan apa pun tanpa ijin dari Yang Maha Kuasa.
5. Bahwa tugas kita bukanlah untuk berhasil, tetapi untuk mencoba.
6. Bahwa tugas kita - juga, adalah menghubungkan awal dari sebuah perjalanan, ke akhir dari perjalanan itu - dengan kualitas perjalanan yang sebaik-baiknya; agar akhir dari perjalanan itu menjadi awal bagi perjalanan berikutnya yang lebih mendekatkan kita kepada kecemerlangan dan kemuliaan hidup yang kita tuju.
7. Bahwa kita memiliki dua paruh kekuatan; yang pertama adalah kekuatan dari dalam diri kita sendiri, dan yang kedua adalah kekuatan yang berasal dari bantuan dari luar diri kita.
8. Bahwa dia yang meninggikan – akan ditinggikan.
Apakah yang harus kita lakukan untuk mengundang campur tangan dari Beliau Yang Maha Kuasa ke dalam upaya-upaya kita untuk mencapai kesejahteraan dan kecemerlangan hidup.
Seyogyanya kita sepakat, bahwa tidak ada kehidupan yang tidak menerima campur tangan Tuhan, termasuk kehidupan dari mereka yang memilih penyepelean waktu, penelantaran hubungan baik, dan penyia-nyiaan kesempatan.
Tetapi, marilah kita sepakati lebih dahulu bahwa campur tangan dari Beliau yang kita maksudkan dalam discourse ini adalah campur tangan yang secara signifikan mendekatkan kita kepada kesejahteraan dan kecemerlangan hidup yang kita tuju.
Dearest Super Members,
Terima kasih atas semua jawaban discourse yang telah saya terima sepanjang minggu lalu dan kemarin. Jawaban-jawaban Anda sangat mencerahkan bagi siapa pun yang mencermatinya. Terima kasih banyak.
Berikut adalah Jawaban Final dari discourse:
Apakah yang harus kita lakukan untuk mengundang campur tangan dari Beliau Yang Maha Kuasa ke dalam upaya-upaya kita untuk mencapai kesejahteraan dan kecemerlangan hidup?
.......
Kesejahteraan sedang menunggu kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang pantas untuk disejahterakan.
Sebagian orang tidak pernah memikirkan kesejahteraan yang telah menjadi hak kelahirannya. Sebagian lagi tidak melihat perlunya mengupayakan apa pun di atas dari yang bisa diupayakannya dengan santai.
Sebagian lagi tidak mengupayakan yang lebih dari yang sesuai dengan bayaran yang sedang diterimanya. Sebagian lagi menolak untuk berupaya lebih, karena tidak ada jaminan bahwa dia akan mendapatkan lebih.
Tetapi, sebagian yang jumlahnya tidak sedikit itu – merasa berhak untuk mendapatkan perlakuan yang menyejahterakan mereka – seolah-olah tidak ada hubungan antara kualitas hidup dengan kualitas kontribusi mereka kepada kehidupan.
Seandainya mereka mengetahui bahwa kualitas kontribusi mereka kepada kehidupan orang lain adalah penentu kualitas kehidupan mereka.
Sebenarnya, kesejahteraan sedang menunggu kita.
Kesejahteraan sedang menunggu kita untuk menghampirinya dengan kesederhanaan – karena tugasnya lah untuk menghiasi diri kita dengan kesederhanaan yang tidak sederhana dampaknya.
Kesejahteraan sedang menunggu kita untuk datang dengan semua keluhan dan keraguan kita – karena keinginannya lah agar kita jujur dengan kesadaran bahwa kita juga berperan dalam penciptaan kesulitan-kesulitan kita sendiri.
Kesejahteraan sedang menunggu kita untuk menjadi pribadi yang berserah kepada yang benar, agar mudah baginya untuk membahagiakan kita di dalam kesejahteraan.
Maka, apakah yang sedang Anda lakukan untuk tidak memperpanjang penantian kesejahteraan Anda?
Waktu.
Bila kita bersaksi untuk sesuatu yang sangat penting, kita mengawali kalimat ketulusan kita dengan: “Demi Tuhan, …”
Lalu, mengapakah kira-kira Tuhan menggunakan kata-kata: “Demi masa …”?
Waktu itu penting, karena hidup ini diukur dalam penggalan waktu, dan bahwa nilai kehidupan kita ditentukan oleh nilai yang kita bangun di dalam penggalan-penggalan waktu dalam kehidupan kita.
Tetapi akan ada saja pribadi yang sebetulnya masih membutuhkan banyak pertolongan – tetapi yang menyia-nyiakan waktu. Bila Tuhan sendiri demikian menghormati waktu, kira-kira sepenting apakah yang dia pikirkan dirinya itu - sehingga dia bisa merasa lebih berkuasa untuk mengabaikan waktu?
Waktu tidak berjalan sama cepatnya bagi setiap orang.
Bagi orang yang menyia-nyiakan waktu – waktu berjalan lambat. Tetapi yang sedikit disadari orang adalah kenyataan bahwa waktu yang berjalan lambat itu adalah waktu yang pendek – yang menghasilkan sedikit.
Bagi Anda yang menghargai waktu – waktu berjalan cepat. Dan, yang harus Anda syukuri adalah keajaiban bahwa waktu yang berjalan cepat itu adalah waktu yang panjang – yang menghasilkan banyak.
Itu sebabnya, dua orang yang memiliki penghormatan yang berbeda terhadap waktu – akan bertemu pada usia yang sama, tetapi saling memandang kepada satu sama lain dari ketinggian yang berbeda.
Bila Tuhan berkenan, Beliau akan menjadikan kita apa pun yang kita mohonkan dari Beliau.
Sebetulnya apa pun yang kita kerjakan atau yang tidak kita kerjakan – tidak membatasi kewenangan Tuhan untuk menjadikan kita sebagai apa pun yang kita idamkan.
Tetapi, Tuhan telah menetapkan bahwa dia yang berupaya bagi kebaikan hidupnya – berhak bagi peningkatan kualitas hidup. Beliau Maha Menepati Janji, karena bahkan orang-orang yang mengupayakan kekayaan dengan cara-cara yang tidak direstui Tuhan pun – akan diijinkan-Nya berhasil, meskipun hanya untuk masa yang terukur.
Jadi, bukan pekerjaannya saja yang penting, tetapi terutama niatan dan kualitas dari pengerjaannya yang harus mengundang perkenan Tuhan.
Karena, bila telah Tuhan berkenan dengan yang Anda kerjakan – Anda bisa-bisa akan jadinya menyayangkan kecilnya permintaan Anda.
Bila niatan dan kualitas dari pengerjaan dari pekerjaan Anda adalah yang berada dalam ruang kecintaan Tuhan, Anda seyogyanya memohon yang terbesar dari yang bisa Anda mohonkan kepada Beliau. Bayangkan berapa banyak saudara kita yang bisa terbantu dengan besarnya perkenan Tuhan atas permohonan Anda?
Lalu,
Apakah yang harus kita lakukan untuk mengundang campur tangan dari Beliau Yang Maha Kuasa ke dalam upaya-upaya kita untuk mencapai kesejahteraan dan kecemerlangan hidup?
Berikut adalah tiga langkah utama untuk mengundang campur tangan Tuhan kedalam upaya-upaya kita untuk mencapai kesejahteraan dan kecemerlangan hidup yang telah lama mengambang di dalam impian tidur dan impian kesadaran kita.
Yang pertama,
Mengkekasihkan diri kepada Tuhan.
Tuhan mengasihi semua ciptaan Beliau dengan kasih sayang yang adil.
Ingatlah itu, … kasih sayang yang adil dari Yang Maha Adil; yaitu kasih sayang yang menjadi lebih bila kita menjadi yang lebih; tetapi tidak berkurang saat kita menjadi yang kurang. Bukankah kasih sayang Beliau untuk mengembalikan orang ke jalan yang benar – tetap setia menemani mereka yang sedang tersesat atau yang sedang menyesatkan diri di jalan-jalan yang gelap?
Sehingga, bila kita berupaya keras untuk melakukan semua hal yang dimintakan-Nya dari kita, dan berupaya lebih keras lagi untuk menghindari yang tidak Beliau restui,
dan bila semua itu kita lakukan dengan lebih bersungguh-sungguh dari yang dilakukan oleh kebanyakan orang,
apakah mengherankan bila kita menerima perlakuan yang berbeda dari yang kebanyakan?
Bukankah hanya adil – bila dia yang melebihkan - diperlakukan dengan lebih?
Kita yang menjadikan diri kita kecintaan Tuhan, akan menerima perwujudan dari kasih sayang Beliau – bahkan untuk kebaikan dan kemuliaan yang tidak kita sadari dapat kita mohonkan dari Beliau.
Apakah merayu Tuhan seperti itu adalah perilaku mencintai yang berpamrih?
Ya. Tetapi itu adalah pamrih yang diperintahkan oleh Tuhan untuk kita harapkan hanya dari Beliau. Apakah pamrih seperti itu dapat disamakan dengan pamrih antar manusia?
Bila seandainya Tuhan tidak memerintahkan kita untuk memohon dan hanya memohon kepada Nya, maka mungkin ada niatan yang tidak mulia dalam perilaku mengkekasihkan diri kepada Tuhan.
Kita memulai apa pun, berada dalam proses apa pun, dan sampai pada akhir dari apa pun – selalu dengan nama Tuhan, untuk Tuhan, dan karena Tuhan.
Lalu perilaku mencintai apa kah yang bisa dibandingkan dengan keberserahan seperti itu, bila bukan perilaku indah dari Anda yang mengkekasihkan diri kepada Tuhan?
Yang kedua,
Menugaskan diri untuk mengupayakan kecemerlangan hidup bagi orang lain sebagai cara untuk membangun kecemerlangan hidup kita.
Alasan utama dari kesulitan orang untuk mendapatkan pekerjaan adalah karena mereka tidak mencari pekerjaan, tetapi mencari uang.
Seandainya mereka berhenti mencari uang, dan mulai mencari kesempatan untuk melayani kebutuhan orang lain untuk membangun kehidupan yang lebih baik, mereka akan selalu menemukan pekerjaan.
Bagaimana dengan bayarannya?
Bila Anda kekasih Tuhan, akan mudah bagi Anda untuk menjawab bahwa: ”Sesungguhnya upahku dari Tuhanku …”
Mengapa?
Bukankah tidak ada kekuatan yang bisa ada dan berdampak bagi perubahan apa pun kecuali dengan ijin Tuhan?
Bukankah jelas bagi kita sekarang, bahwa bahkan gaji dan pendapatan dari orang-orang yang tidak menghormati Tuhan pun – berada dalam persetujuan Tuhan?
Lalu apakah yang membuat Anda bisa merasa bahwa uang yang Anda terima itu terlepas dari pengetahuan dan ijin beliau?
Apakah itu sebabnya Anda marah kepada manusia atas ketidak-puasan Anda atas jumlah pendapatan yang sebetulnya telah ditetapkan oleh Tuhan?
Bukankah sebaliknya, Anda seharusnya bersimpuh santun dan berbincang penuh kasih dan kejujuran dengan Tuhan - untuk menerima pengertian mengapa Beliau baru menyetujui jumlah yang belum sesuai bagi kebutuhan Anda?
Pasti ada alasan bagi segala sesuatu.
Pasti ada alasan mengapa kita belum mencapai yang kita inginkan.
Pasti ada nilai yang disyaratkan bagi nilai yang kita mohonkan dari Tuhan; dan sadarkah Anda bahwa nilai itu adalah kegunaan kita bagi orang lain?
Bukankah ada tempat-tempat yang khusus bagi dia yang mengkhususkan dirinya bagi kebaikan kehidupan orang lain?
Yang ketiga,
Memberanikan diri untuk mengambil sebuah pekerjaan yang lebih besar dari kemampuan diri untuk melaksanakannya.
Karena, ketahuilah bahwa pekerjaan-pekerjaan besar yang berani adalah pengundang keajaiban.
Perhatikanlah bahwa bukan jenis dan ukuran dari pekerjaannya yang mengundang keajaiban, tetapi keberanian untuk menugaskan diri untuk pekerjaan-pekerjaan besar yang menyumbangkan peningkatan kualitas hidup bagi orang banyak.
Keberanian adalah kesungguhan untuk mengalahkan keraguan dan ketakutan untuk melakukan sesuatu – karena rasa tanggung-jawab yang besar untuk mendatangkan kebaikan bagi kehidupan orang banyak.
Bila ukuran dari yang kita tugaskan kepada diri sendiri adalah sesuatu yang kecil, Tuhan cukup menyerahkan tugas untuk membantu kita kepada orang-orang yang sedikit lebih besar.
Bila yang tugas yang kita ambil itu cukup besar, kita akan didekatkan dan disahabatkan dengan orang-orang besar yang bisa membantu kita.
Dan bila tugas yang kita ambil itu lebih besar dari kemampuan kita dan kemampuan dari semua orang yang bisa membantu kita – Tuhan Yang Maha Perkasa akan mengambil alih sebagian besar dari beban kita, dan menjadikan kita lebih besar dari ukuran kemanusiaan kita.
.......
Seyogyanya sekarang – tidak ada lagi keraguan bahwa tidak ada niat Tuhan kita kecuali memuliakan kita.
…….
Dearest Super Members,
Yang telah lama berkiprah dan yang baru saja bergabung,
Dearest Super Members,
Yang telah lama berkiprah dan yang baru saja bergabung,
Semoga ketulusan kita dalam mengkekasihkan diri kita kepada Tuhan, menjadikan kita pribadi yang Beliau pilih untuk menerima campur tangan langsung dari Beliau Yang Maha Memungkinkan.
Bila ada hal lain yang dapat kami bantukan, kami mohon Anda berkenan untuk menyampaikannya kepada kami.
Terima kasih dan salam super,
Mario Teguh
Jumat, 18 Desember 2009
Langganan:
Postingan (Atom)